Selasa, 29 Maret 2016

Sejarah Angka Romawi



Menurut sejarah, angka romawi sudah ada sejak jaman romawi kuno. Awalnya system perhitungannya diadaptasi dari system perhitungan milik bangsa Etruscan. Begitu juga dengan angka- angkanya, mirip sekali dengan angka- angka milik bangsa Etruscan (disimbolkan berdasarkan huruf dan gambar).
Namun, berhubung angka- angka Etruscan susah untuk ditulis maupun di baca, akhirnya pada abad pertengahan angka romawi di sederhanakan. Contoh dalam bahasa Etruscan tertulis angka- angka : I ^ X П 8 П . nah, dalam deretan angka romawi yang baru angka –angka itu berubah menjadi : I V X L C M.

            Sistem bilangan numerik adalah sebuah simbol atau kumpulan dari simbol yang merepresentasikan sebuah angka. Numerik berbeda dengan angka. Simbol “11”, “sebelas” and “XI” adalah numerik yang berbeda, tetapi merepresentasikan angka yang sama yaitu sebelas. Artikel ini akan menjelaskan beberapa sistem numerik. Secara garis besar terdapat dua sistem numerik, yaitu sistem numerik berdasarkan penambahan dan sistem numerik berdasarkan posisi. Sistem numerik yang paling sederhana adalah Sistem numerik unary. Sistem ini sering dipakai untuk melakukan pemilihan pada suatu voting. Contoh dari Sistem numerik Unary adalah Tally mark. Kerugiann penggunaan dari sistem numerik Unary adalah sistem ini membutuhkan tempat yang besar. Selain sistem numerik unary, contoh lain dari sistem numerik berdasarkan penambahan adalah angka Romawi. Angka Romawi atau Bilangan Romawi adalah sistem penomoran yang berasal dari Romawi kuno. Sistem penomoran ini memakai huruf Latin untuk melambangkan angka numerik: ( I = 1, V = 5, X = 10, L = 50, C = 100, D = 500, M = 1000).

             Angka Romawi dituliskan dengan simbol dari angka yang tersedia kemudian ditambahkan atau dikurangkan. Untuk angka yang lebih besar (≥5.000), sebuah garis ditempatkan di atas simbol indikator perkalian dengan 1.000. Angka Romawi sangat umum digunakan sekarang ini, antara lain digunakan di jam, bab buku, penomoran sekuel film, penomoran seri event olahraga seperti Olimpiade. Menurut sejarah, angka romawi udah ada sejak jaman romawi kuno. Pada zaman dahulu kala orang romawi kuno menggunakan penomoran tersendiri yang sangat berbeda dengan sistem penomeran pada jaman seperti sekarang. Angka romawi hanya terdiri dari 7 nomor dengan simbol huruf tertentu di mana setiap huruf melambangkan / memiliki arti angka tertentu. Awalnya system perhitungannya diadaptasi dari system perhitungan milik bangsa Etruscan. Begitu dengan angka- angkanya, mirip banget dengan Tokoh Ilmuwan Penemu – http://www.tokoh-ilmuwan-penemu.com angka- angka milik bangsa Etruscan (disimbolkan berdasarkan huruf dan gambar). Berhubung angka- angka Etruscan susah buat ditulis maupun di baca, akhirnya pada abad pertengahan angka romawi di sederhanakan.

            Contoh dalam bahasa Etruscan tertulis angka- angka : I ^ X П 8 П . nah, dalam deretan angka romawi yang baru angka –angka itu berubah menjadi : I V X L C M. Yang unik dalam deretan angka romawi tuh, kalo diperhatiin nggak ada angka 0. Padahal konon konsep zero (0) sebagai angka udah dikenal oleh bangsa romawi sejak agama Kristen muncul. Soalnya dalam pembuatan kalender kristiani, zero amat penting untuk menentukan hari paskah. Angka 0 diganti jadi huruf N. huruf N itu singkatan dari Nulla, sebuah kata dalam bahasa latin yang memiliki arti Nothing alias nggak ada. – Tokoh Ilmuwan Penemu.

 

MENGENAL BILANGAN ROMAWI

Lambang bilangan romawi merupakan lambang bilangan yang digunakan bangsa

       Romawi. Bilangan Romawi tidak banyak digunakan dalam kehidupan sehari-hari.

       Kita biasa menemukan penggunaan lambang bilangan Romawi di nama jalan, alamat rumah, nama sekolah dan lain-lain. Perhatikan contoh-contoh kalimat berikut.

       1. Ana tinggal bersama kedua orng tuanya di jalan H. Syamsudin III no. 33

       2. Daerah Istimewa Yogyakarta dipimpin oleh Sri Sultan Hamengku Buwono X.

       3. Desi menonton film bersama teman-temannya di Cinema XXI.

        Secara umum bilangan Romawi terdiri dari 7 angka (dilambangkan dengan huruf) sebagai berikut.

–          I melambangkan bilangan 1

–          V melambangkan bilangan 5

–          X melambangkan bilangan 10

–          L melambangkan bilangan 50

–          C melambangkan bilangan 100

–          D melambangkan bilangan 500

–          M melambangkan bilangan 1000

 

Dari ketujuh bilangan itu, kita bisa membuat bilangan-bilangan lain. Untuk bilangan-bilangan yang lain, dilambangkan oleh perpaduan (campuran) dari ketujuh lambang bilangan tersebut.

 

MEMBACA BILANGAN ROMAWI

Pada system bilangan romawi tidak dikenal bilangan 0 ( nol ). Untuk membaca bilangan romawi, kita harus hafal dengan benar ketujuh lambang bilangan dasar romawi.

 

ATURAN DALAM BILANGAN ROMAWI

  1. Aturan penjumlahan bilangan romawi

Untuk membaca bilangan romawi, dapat diuraikan dalam bentuk penjumlahan.

Contoh :

  1. II = I + I

    = 1 + 1

    = 2  Jadi, II dibaca 2

  1. LXXVI = L + X + X + V + I

              = 50 + 10 + 10 + 5 + 1

              = 76  Jadi, LXXVI dibaca 76

  1. CXXXVII =  C + X + X + X + V + I + I

                   = 100 + 10 + 10 + 10 + 5 + 1 + 1

                   = 137,  Jadi CXXXVII dibaca 137

 

Dalam aturan ini semakin ke kanan, nilainya semakin kecil dan tida ada lambang bilangan dasar yang berjajar lebih dari tiga. Sehingga, dalam membaca bilangan romawi dalam aturan ini adalah sebagai berikut :

–          Jika lambang yang menyatakan angka lebih kecil terletak di kanan, maka lambang-lambang romawi tersebut dijumlahkan.

–          Penambahannya paling banyak tiga angka

  1. Aturan Pengurangan Bilangan  Romawi

Dari aturan ini terdapat :

–       Jika lambang yang menyatakan angka lebih kecil terletak di kiri, maka lambang-lambang romawi tersebut dikurangkan

–        Pengurangan paling banyak satu angka

Contoh :

  1. IV = V – I

     =  5 – 1

     = 4 , Jadi IV dibaca 4

  1. IX =  X – I

      = 10 – 1

      = 9, Jadi IX dibaca 9

  1. XL = L – X

       = 50 – 10

       = 40 , Jadi XL dibaca 40

  1. Aturan Gabungan

     Selain aturan penjumlahan dan pengurangan terdapat juga aturan gabungan, dimana aturan penjumlahan dan pengurangan dapat digabung sehingga bisa lebih jelas dalam membaca lambang bilangan romawi.

Contoh :

  1. XIV = X + ( V – I )

         = 10 + ( 5 – 1 )

          = 10 + 4 = 14, Jadi XIV dibaca 14

  1. MCMXCIX = M + ( M – C ) + ( C – X ) + ( X – I )

                       = 1000 + ( 1000 – 100 ) + ( 100 – 10 ) + ( 10 – 1 )

                       = 1000 + 900 + 90 + 9

                       = 1999,  Jadi MCMXCIX dibaca 1999

 

CARA MENULISKAN BILANGAN ROMAWI 

Cara menuliskan lambang bilangan romawi yaitu dengan aturang-aturan yang ada dalam bilangan romawi tersebut.

Contoh :

  1. 24 = 20 + 4

    = ( 10 + 10 ) + ( 5 – 1 )

    = XX + IV

    = XXIV , Jadi lambang bilangan romawi 24 adalah XXIV

  1. 139 = 100 + 30 + 9

      = 100 + ( 10 + 10 + 10 ) + ( 10 – 1 )

      = C + XXX + IX

      = CXXXIX, Jadi bilangan romawi 139 adalah CXXXIX

  1. 1496 = 1000 + 400 + 90 + 6

        = 1000 + ( 500 – 100 ) + ( 100 – 10 ) + ( 5 + 1 )

        = M + CD + XC + VI

        = MCDXCVI, Jadi bilangan romawi 1496 adalah MCDXCVI.


Sumber: https://dinialfauziah.wordpress.com/2013/11/14/bilangan-romawi/

1 komentar:

  1. Trimakasih atas gagasan yang sudah dituliskan kak. Sangat membantu sekali dalam menyelesaikan tugas saya dalam mempelahari seputar angka romawi. Semoga kakak sukses selalu dan berkah ilmunya.

    BalasHapus